Artikel ini saya tulis tahun 2018
Dear kawan kawan pencinta bisnis apotek
Sebelum membahas berbagai kemampuan teknis yang saya dapatkan semenjak belajar melalui sumber – sumber belajar super keren, saya ingin curhat dulu mengenai pengalaman pola belajar dari temen temen yang membaca tulisan saya.
Karena dari berbagai pengalaman yang ada, saya sudah banyak sekali menggratiskan ilmu – ilmu mahal harganya, tapi ketakutan saya rasanya benar benar terjadi. Yang saya takutkan adalah, Jika ilmu itu di GRATISKAN, penikmat akan jadi meremehkan dan tidak praktek. Dari berbagai ebook yang saya gratiskan, kurang dari 1 % yang mempraktekkan. Saya memiliki total 9670 database yang mendownload ebook saya, tapi, sangat terbatas yang mau mempraktekkan, padahal mereka mampu. Padahal ebook ebook yang saya tulis, sifatnya kebanyakan aplikatif. Rata – rata pembaca ebook saya, hanya sekedar tahu saja, bahkan ada yang menunda nunda karena saat ini dia enggak mengelola apoteknya sendiri, menunggu penerapannya untuk apoteknya sendiri. Padahal klo di pikir pikir, saat teman teman bekerja di apotek orang lain, justru tempat belajar tanpa resiko, laboratorium murah meriah. So…saya sangat berharap, ilmu ilmu yang gratis ini tolong dipraktekkan ya!!! PRAKTEKKAN !!!!
Namun, memang ada tipe orang yang harus kehilangan sesuatu dulu untuk melihat suatu hal itu berharga. Bagi teman teman yang punya tipe ini, silahkan mulai berinvestasi leher ke atas. Makin mahal yang anda bayar, anda akan terpicu untuk action. Bukan uangnya, tapi membuat sesuatu yang berharga itu benar benar menjadi berharga, salah satunya bisa dilakukan dengan membayar. Saya pun tidak menyangkal, salah satu tipe orang ini. Pola pikir saya untuk melar naik level adalah ,
bila saya tidak mampu membayar ilmu yang saya incar, maka saya bulan depan harus bisa bayar untuk ikut pembelajaran itu. Karena emang, workshop yang mahal harganya, disamping membuat rasa kita harus eksekusi, ilmunya juga beda dengan workshop ber SKP, ilmunya DAGING BANGET !!!, wkwkkwwk….
Fenomena lainnya adalah mahalnya workshop disetarakan dengan SKP. Saya sangat miris melihat fenomena ini. Maka, setiap saya menyelenggarakan workshop, saya tidak pernah menggunakan promosi ber-SKP. Agar, orang yang berkumpul adalah benar benar orang yang ingin belajar dan mempraktekkan.
Saya rasa, saya adalah salah satu orang yang memiliki kewajiban untuk mempromosikan sarana sarana edukasi untuk para apoteker, agar mereka mampu terfasilitasi untuk berkembang, berkembang lagi, dan berkembang lagi. Ada beberapa sarana edukasi bisnis apotek yang telah berinteraksi dengan saya dan benar benar sangat bermanfaat bagi penggiat bisnis apotek. Setidaknya, saya bisa menyebutkan 4 brand. Saya mempromosikannya, semata – mata karena 4 brand ini penting bagi teman teman semua, dan harapannya, pengguna jasa ini dapat semakin banyak. Tentunya maksud saya, demi tercapainya visi saya, 10.000 apoteker memiliki apotek yang kuat dan besar. Bagi 4 brand ini, bila ingin memberikan saya komisi boleh lho, wkwkwkwk…
Baiklah, Sebelum saya bercerita tentang dampaknya terhadap bisnis saya, berikut 4 brand yang saya maksud beserta manfaat manfaat yang teman teman akan rasakan.
Yang pertama,
PLC (Pharmacy Learning Club)
PLC adalah website edukasi pharmacy yang bekerjasama dengan PD IAI Jawa barat. Didalam website ini banyak sekali materi materi ber SKP yang dapat di pelajari dan telah dibagi bagi menjadi pelayanan, industry, distribusi, dan umum /hukum. Saya salah satu penulisnya, meskipun banyak sekali tulisan saya yang kena sensor, wkwkwkwk….. Kena sensor dari kata – kata yang kasar, hingga mesum. Pokoknya, orang yang bertugas sebagai editor di group PLC ini TOP BANGET !!!!!Salut aku, wkwkwk…..(memuji, curhat, sekaligus tersiksa karena harus bolak balik revisi).
PLC berfokus pada artikel – artikel yang ditulis oleh para praktisi rumah sakit, apotek, distribusi, pembisnis apotek, maupun hukum. Jadi kekuatan dari PLC ini adalah tulisan. Bagi yang senang membaca tulisan, sumber belajar ini sangat cocok, namun bagi pembelajar yang memiliki auditori dan visualisasi kuat, menjadikan PLC Nampak tidak menarik. Interaksi dengan narasumber pun juga terbatas, sehingga ilmu yang dipelajari hanya yang ada dalam naskah tersebut. Meskipun demikian, PLC telah memiliki standar baik, dan satu satunya dari 4 brand yang memiliki konsistensi, dan menjaga kualitasnya dengan baik.
Yang kedua,
Belajar Bisnis Apotek
Suport systemnya Pembisnis Apotek No 1 di Indonesia
Brand ini saya buat dengan support dari Inolabs (Pembuat software apotek yang lumayan keren). Aktifitas utama ada di Grup WA , banyak sekali ilmu – ilmu yang sudah dibahas di group ini, pasti menemukan ilmu ilmu yang benar benar luar biasa.
Kekuatan brand ini adalah komunitas, belajar dengan interaksi, serta visualisasi dan audiotory. Kelemahannya waktu interaksi terbatas,dan ilmu yang muncul tidak di kurikulumkan dengan baik. Meskipun demikian, video youtubenya selalu di update dan bagus karena animasi animasinya menarik.
Sayangnya, group belajar bisnis apotek ini belum tersistem dengan baik, dan tidak memiliki team. Brand ini pada akhirnya hilang karena kesibukan foundernya. Maafkan saya, hehehe…..meskipun demikian, tahun 2019, rencana brand ini akan diaktifkan lagi menjadi tempat belajarnya para pembisnis apotek.
Meskipun demikian, Inolabs juga masih aktif dan support dalam kegiatan kegiatan yang saya lakukan, termasuk dalam ebook ini, membuatkan cover serta memberikan diskon untuk pembaca saya., wkwkwk
Yang ketiga,
Pharmacourse
pharmacourse adalah brand yang dibuat oleh Ridho Muhammad Sakti, apoteker millineal bersama teamnya, para mahasiswa ISMAFARSI. Brand ini bekerja sama dengan PD IAI Jawatengah & PD IAI Kalimantan Selatan, menghadirkan Seminar webinar /live streaming ber SKP. Saya ngefens banget dengan anak ini, keren banget.. TOP BGT !!!
Keunggulan brand Pharmacaourse adalah mampu menghadirkan narasumber narasumber secara live streaming dengan berbagai materi yang menarik dan aplikatif. Bagi para apoteker yang metode belajarnya adalah visual dan auditory, nampaknya brand ini sangat bagus. Video recording pharmacourse juga dapat diakses berulang ulang, meskipun sesi live streaming sudah selesai. Kedepannya, akan ada video course yang rekamannya 10 menit per materi. Jadi, dapat menjelaskan secara gamblang video video tutorial bahkan detail teknisnya. Keterbatasannya adalah kekuatan pertemuan pastilah berbeda dengan kekuatan live streaming, heheeh… Belajar dengan bertatap muka mentenagai dan mentrasfer energy guru ke murid.
Di tulis Oleh Dr. (Cand).Apt. Andy Eko Wibowo, M.Sc
Referensi : Wibowo, 2019, 4 Sumber Ilmu Belajar Bisnis Apotek, Yogyakarta : IMI Publishing.
Diskusi lebih lanjut? Silakan bergabung Grup WA , hubungi Cs kami terlebih dahulu untuk masuk group whatsapp wa.me/6288221057541